Alhamdulillaahirabbil'aalamiin,
Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin,
Saudaraku yang budiman, seiring berlalunya bulan Ramadhan yaitu bulan
penuh dengan hikmah, marilah kita jalani kehidupan kembali ke fitrah
kita, sebagai insan Allah SWT. Dengan semangat yang baru, terutama
diawali dengan
Pertama, Meningkatkan Silaturahmi
Hikmah dari sikap Nabi
Muhammad selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid
adalah karena beliau setiap waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi
dengan umatnya. Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu
upayakan memiliki jadwal dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan
sebanyak mungkin kalangan, baik yang sudah dikenal ataupun yang belum.
Baik yang akrab maupun yang tak menyukai kita.
Andai saja kita
tahu kedahsyatan manfaat silaturahmi, niscaya sepanjang waktu ini
rasanya ingin selalu bersilaturahmi. Setidaknya silaturahmi yang baik
akan menambah saudara baru dan mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu
serta semakin menambah kekuatan bagi ukhuwah kita. Sering sekali terjadi
salah paham karena lemahnya komunikasi akibat jarangnya bersilahturami.
Pendek kata silahturami yang teratur dan terprogram dengan baik adalah
bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini.
Kedua, Kirimlah Hadiah
Nabi
Muhammad Saw, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah
rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim
sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan
merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.
Oleh
karena itu, kita harus memiliki program pengadaan dana untuk hadiah
kepada orang tua, tetangga, kawan dekat, dan siapapun yang kita harapkan
dapat bersinergi dalam ukhuwah ini. Tentu saja semuanya ini harus
sangat terjaga, keikhlasannya. Biasakanlah setiap kali memiliki makanan,
tetanggapun ikut menikmatinya. Jauh sangat lebih baik kita makan hanya
separuh dari makanan sendiri dan sebagian yang lain dinikmati saudara
seiman lainnya dari pada kenyang sendiri dan orang lain tak mendapatkan
apapun.
Ketiga, Jauhi Perdebatan walaupun Benar
Jujur
saja sebetulnya perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang
mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya
sendiri, hal ini tampak dari cara dan bentuk percakapannya yang lebih
menjurus pada berbantah-bantahan secara emosi, kata yang saling
menyerang dan bau permusuhan saling menyudutkan, jauh dari cara kajian
ilmiah yang penuh etika.
Maka sekiranya kita ada dalam situasi
yang tak sehat ini menghindar dari berdebat bukanlah suatu tindakan
menghindar dari kebenaran, melainkan menghindar dari peluang bangkit dan
berkobarnya suasana permusuhan, berpalinglah dan carilah topik bahasan
yang lebih mempersatukan.
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan
diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang
baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara
yang baik pula, Insya Allah akan datang petunjuk Allah dalam mecari
kebenaran.
Keempat, Selalu Berusaha Mendahului Menegur, Mengucapkan Salam, Berjabat Tangan Dengan Ramah Dan Tulus.
Dengan
kata lain, praktekkan lima (5) S senyum, sapa, salam, sopan, dan
santun. Insya Allah interaksi kita kepada siapapun akan jauh lebih
bermakna jikalau wajah kita senantiasa diliputi senyuman, sapa penuh
kelembutan, dan akhlak yang penuh kerendahan hati akan memikat setiap
orang yang kita jumpai. Alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria,
senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun.
Betapa
nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa
dengan ramah, lembut dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi
kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam
kondisi bagaimanapun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita
santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan
haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan
dengan kebaikan serta kemuliaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar