Sebenarnya saya gak pernah punya bayangan akan bekerja di kota
Jakarta. Karena, selama ini saya kuliah dan bekerja di Surabaya. Tetapi,
pada suatu ketika saya mendapat email panggilan tes dari sebuah
perusahaan IT di Jakarta. Pada saat itu terlintas dalam pikiran untuk
memenuhi panggilan tersebut. Saya yakin bisa mendapatkan pekerjaannya.
Tentu, kedua orang tua saya sangat kaget. Karena, di Jakarta saya gak
punya saudara dan mungkin orang tua sangat kuatir berhubung saya
perempuan. Namun, akhirnya saya bisa meyakinkan kedua orang tua. Padahal
dalam hati ada rasa kuatir juga. Apalagi saya gak punya
bayangan sama sekali dengan kota yang akan saya hadapi nanti. Beruntung
sekali, teman saya rumahnya dikostkan. Jadi begitu tiba di Jakarta, saya
langsung menuju ke rumahnya.
Tetapi kenyataan tak seindah bayangan. Setelah saya dites (tertulis, wawancara) dan sempat training seminggu,
ternyata perusahaan tersebut menyuruh saya menunggu 2 minggu untuk
mengetahui apakah saya akan diterima bekerja atau tidak. Dan, alasan
lainnya, posisi yang akan saya duduki adalah posisi cadangan, yang
istilahnya belum begitu dibutuhkan.
Saat itu saya bingung sekali, karena saya sangat mengharapkan bisa kerja di tempat tersebut dan rasanya gak mungkin hidup di Jakarta menganggur. Akhirnya saya mencari lowongan kerja lewat job fair di internet dan di koran.
Ada satu hal yang membuat saya sempat patah semangat. Pada saat mau
menitip lamaran pada teman yang bekerja di perusahaan BUMN, teman saya
bilang kalau lamaran saya percuma dan pasti akan dbuang ke tempat sampah
karena saya tidak punya saudara anggota dewan atau pejabat. Saya sempat
hopeless dan cerita kepada ibu saya. Tetapi ibu menasehati,
jangan pernah bergantung kepada orang lain. Bergantunglah hanya kepada
Tuhan YME dan hatimu akan tenang.
Nasehat ibulah yang membuat saya tetap bertahan dan terus berjuang.
Meskipun sampai 2 bulan lamanya saya masih menganggur. Tetapi dalam hati
kecil saya yakin, pada suatu hari pasti akan mendapatkan pekerjaan. Dan
dalam hati saya berjanji gak akan pernah menggantungkan diri ataupun terlalu mengharapkan bantuan orang lain. Saya minta doa kedua orang tua saya dan saya gak berhenti berdoa siang dan malam agar diberi jalan untuk mendapatkan pekerjaan.
Setelah 2 bulan berusaha melamar ke sana ke mari, akhirnya teman saya nawarin ikut jadi marketing credit card.
Kita nawarin credit card secara door to door ke gedung-gedung
perkantoran. Hasilnya? Saya kenyang mengalami penolakan dengan cara
halus maupun kasar. Tapi saya mencoba bertahan, karena kesempatan yang
ada memang hanya itu.
Baru sebulan saya jadi marketing credit card, ada tawaran dari sebuah
perusahaan telekomunikasi untuk jadi pegawai kontrak 3 bulan. Tanpa
berpikir panjang saya terima tawaran itu. Saat itu saya tidak memikirkan
berapa gajinya. Yang penting saya bisa kerja.
Belum genap 2 bulan di perusahaan tersebut, datang tawaran dari sebuah
bank asing. Dan yang fantastis, gaji yang ditawarkan 2 kali lipat dari
gaji sebelumnya, padahal saya belum pernah mempunyai pengalaman di
operasional perbankan. Tetapi saya yakin saya mampu melakukannya.
Setelah bekerja di bank tersebut selama 6 bulan saya merasa hidup saya
datar-datar saja dan ingin tantangan baru. Maka saya kuliah lagi, ambil
S2. Padahal jika dipikir secara logika saat itu status saya masih
karyawan kontrak dan tidak ada kepastian apakah akan diperpanjang.
Tetapi dengan bekal keyakinan diri, saya berani mengambil keputusan
besar tersebut. Walaupun jauh dari mapan, tetapi saya yakin selama mau
berjuang pasti akan ada jalan. Saya yakin akan mampu membiayai kuliah
sampai lulus.
Ternyata sebelum kontrak kerja saya habis di bank asing tersebut saya
bisa mendapatkan tawaran pekerjaan lagi di sebuah perusahaan vendor
telekomunikasi, sekalipun statusnya juga karyawan kontrak. Teman-teman
saya banyak yang menjuluki saya kutu loncat. Tetapi sebenarnya bukan
seperti itu. Bagi saya, setiap ada peluang dan kesempatan kenapa kita
tidak mengambilnya.
Saat ini saya masih bekerja di perusahaan telekomunikasi tersebut. Di
sini masih banyak hal yang harus dipelajari. Saya ingin cari pengalaman
sebanyak-banyaknya dari perusahaan-perusahaan yang pernah saya tempati.
Karena, saya punya impian suatu hari nanti, minimal 5 tahun mendatang,
saya mempunyai perusahaan outsourcing SDM sendiri. Kebetulan saya mengambil kuliah jurusan Manajemen SDM dan menurut saya bisnis outsourcing SDM ke depan gak ada matinya.
Yang selalu saya tanamkan dalam diri, jangan pernah menyerah apapun
tantangan yang kita hadapi. Dan pergunakan peluang maupun kesempatan
sebaik-baiknya. Serta, jangan pernah menggantungkan diri terhadap
bantuan orang lain. Mungkin saat ini saya harus berpuas diri menjadi
karyawan kontrak, tetapi saya yakin sesuai target minimal 5 tahun
mendatang saya mempunyai perusahaan outsourcing yang bisa saja menjadi partner perusahaan yang sekarang saya tempati. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar