Jumat, 02 Desember 2011

Sebenarnya saya gak pernah punya bayangan akan bekerja di kota Jakarta. Karena, selama ini saya kuliah dan bekerja di Surabaya. Tetapi, pada suatu ketika saya mendapat email panggilan tes dari sebuah perusahaan IT di Jakarta. Pada saat itu terlintas dalam pikiran untuk memenuhi panggilan tersebut. Saya yakin bisa mendapatkan pekerjaannya.
Tentu, kedua orang tua saya sangat kaget. Karena, di Jakarta saya gak punya saudara dan mungkin orang tua sangat kuatir berhubung saya perempuan. Namun, akhirnya saya bisa meyakinkan kedua orang tua. Padahal dalam hati ada rasa kuatir juga. Apalagi saya gak punya bayangan sama sekali dengan kota yang akan saya hadapi nanti. Beruntung sekali, teman saya rumahnya dikostkan. Jadi begitu tiba di Jakarta, saya langsung menuju ke rumahnya.
Tetapi kenyataan tak seindah bayangan. Setelah saya dites (tertulis, wawancara) dan sempat training seminggu, ternyata perusahaan tersebut menyuruh saya menunggu 2 minggu untuk mengetahui apakah saya akan diterima bekerja atau tidak. Dan, alasan lainnya, posisi yang akan saya duduki adalah posisi cadangan, yang istilahnya belum begitu dibutuhkan.
Saat itu saya bingung sekali, karena saya sangat mengharapkan bisa kerja di tempat tersebut dan rasanya gak mungkin hidup di Jakarta menganggur. Akhirnya saya mencari lowongan kerja lewat job fair di internet dan di koran.
Ada satu hal yang membuat saya sempat patah semangat. Pada saat mau menitip lamaran pada teman yang bekerja di perusahaan BUMN, teman saya bilang kalau lamaran saya percuma dan pasti akan dbuang ke tempat sampah karena saya tidak punya saudara anggota dewan atau pejabat. Saya sempat hopeless dan cerita kepada ibu saya. Tetapi ibu menasehati, jangan pernah bergantung kepada orang lain. Bergantunglah hanya kepada Tuhan YME dan hatimu akan tenang.
Nasehat ibulah yang membuat saya tetap bertahan dan terus berjuang. Meskipun sampai 2 bulan lamanya saya masih menganggur. Tetapi dalam hati kecil saya yakin, pada suatu hari pasti akan mendapatkan pekerjaan. Dan dalam hati saya berjanji gak akan pernah menggantungkan diri ataupun terlalu mengharapkan bantuan orang lain. Saya minta doa kedua orang tua saya dan saya gak berhenti berdoa siang dan malam agar diberi jalan untuk mendapatkan pekerjaan.
Setelah 2 bulan berusaha melamar ke sana ke mari, akhirnya teman saya nawarin ikut jadi marketing credit card. Kita nawarin credit card secara door to door ke gedung-gedung perkantoran. Hasilnya? Saya kenyang mengalami penolakan dengan cara halus maupun kasar. Tapi saya mencoba bertahan, karena kesempatan yang ada memang hanya itu.
Baru sebulan saya jadi marketing credit card, ada tawaran dari sebuah perusahaan telekomunikasi untuk jadi pegawai kontrak 3 bulan. Tanpa berpikir panjang saya terima tawaran itu. Saat itu saya tidak memikirkan berapa gajinya. Yang penting saya bisa kerja.
Belum genap 2 bulan di perusahaan tersebut, datang tawaran dari sebuah bank asing. Dan yang fantastis, gaji yang ditawarkan 2 kali lipat dari gaji sebelumnya, padahal saya belum pernah mempunyai pengalaman di operasional perbankan. Tetapi saya yakin saya mampu melakukannya.
Setelah bekerja di bank tersebut selama 6 bulan saya merasa hidup saya datar-datar saja dan ingin tantangan baru. Maka saya kuliah lagi, ambil S2. Padahal jika dipikir secara logika saat itu status saya masih karyawan kontrak dan tidak ada kepastian apakah akan diperpanjang. Tetapi dengan bekal keyakinan diri, saya berani mengambil keputusan besar tersebut. Walaupun jauh dari mapan, tetapi saya yakin selama mau berjuang pasti akan ada jalan. Saya yakin akan mampu membiayai kuliah sampai lulus.
Ternyata sebelum kontrak kerja saya habis di bank asing tersebut saya bisa mendapatkan tawaran pekerjaan lagi di sebuah perusahaan vendor telekomunikasi, sekalipun statusnya juga karyawan kontrak. Teman-teman saya banyak yang menjuluki saya kutu loncat. Tetapi sebenarnya bukan seperti itu. Bagi saya, setiap ada peluang dan kesempatan kenapa kita tidak mengambilnya.
Saat ini saya masih bekerja di perusahaan telekomunikasi tersebut. Di sini masih banyak hal yang harus dipelajari. Saya ingin cari pengalaman sebanyak-banyaknya dari perusahaan-perusahaan yang pernah saya tempati. Karena, saya punya impian suatu hari nanti, minimal 5 tahun mendatang, saya mempunyai perusahaan outsourcing SDM sendiri. Kebetulan saya mengambil kuliah jurusan Manajemen SDM dan menurut saya bisnis outsourcing SDM ke depan gak ada matinya.
Yang selalu saya tanamkan dalam diri, jangan pernah menyerah apapun tantangan yang kita hadapi. Dan pergunakan peluang maupun kesempatan sebaik-baiknya. Serta, jangan pernah menggantungkan diri terhadap bantuan orang lain. Mungkin saat ini saya harus berpuas diri menjadi karyawan kontrak, tetapi saya yakin sesuai target minimal 5 tahun mendatang saya mempunyai perusahaan outsourcing yang bisa saja menjadi partner perusahaan yang sekarang saya tempati. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar